Sabtu, 07 Mei 2011

Biografi Ibu Fatmawati BI 2 SOFTSKILL

Fatmawati yang bernama asli Fatimah lahir di Bengkulu, 5 Februari 1923. Di sebuah rumah bergandeng di kampung Pasar Malabero, Bengkulu. Oleh orang tuanya, diberilah nama Fatmawati, yang mengandung arti, Bunga Teratai. Ayahnya bernama Hassan Din dan ibunya bernama Siti Chadidjah. Sebetulnya ayahnya telah menyiapkan dua nama untuk anaknya yang akan lahir, yaitu Fatmawati dan Siti Djubaidah. Namun kemudian nama Fatmawati itulah yang diambilnya. Ayahnya, Hassan Din adalah seorang Pengurus (pemimpin) organisasi Muhammadiyah cabang Bengkulu. Di samping, juga bekerja di Borsumij (Borneo - Sumatra Maatschappij), yaitu sebuah perusahaan swasta milik orang Belanda. Akan tetapi, ketika Hassan Din dihadapkan pada salah satu alternatif pilihan, beliau memilih keluar dari Borsumij, dan lebih memusatkan diri pada Muhammadiyah yang dipimpinnya. Sepasang suami-istri ini selanjutnya terlibat aktif dalam perserikatan Muhammadiyah.
Bibit jati diri dengan prinsip yang teguh dan kokoh, disertai semangat kemandirian yang kuat telah tersemai dalam masa remaja seorang Fatmawati. Pengaruh sosialiasi melalui ajaran dan pengalaman dalam kehidupan keluarga dan lingkungan sosialnya, telah mampu membentuk karakter Fatmawati, menjadi seorang anak yang tidak sekedar patuh pada tradisinya, tetapi lebih cenderung untuk menyikapi segala bentuk potret kehidupan sosio-kulturalnya.
Sebelum memasuki usia sekolah, Fatmawati kecil ini telah menempa diri dengan “ngaji” belajar agama (membaca dan menulis Al-qur’an) pada sore hari baik kepada datuknya (kakeknya), maupun kepada seorang guru agama, di samping membantu mengurus pekerjaan orang tuanya. Semangat untuk belajar agama secara ekstra terutama di Sekolah Standar Muhammadiyah masih terus dilakukan meskipun sudah mulai memasuki sekolah di HIS (Hollandsch Inlandsch School) pada tahun 1930 (Fatmawati, 1978:20-21). Jadwal belajar yang padat dengan pemandangan sehari-hari selalu dijadikannya sebagai bahan ajaran bagi kehidupannya. Bahkan di usia yang masih remaja, atau kalau boleh dibilang masih anak-anak, Fatmawati telah mengalami pencerahan yang cukup matang sehingga mampu melampaui batas-batas nilai kapasitas umumnya anak remaja.
Bersekolah sambil berjualan untuk membantu meringankan beban orang tuanya, menunggu warung, serta berobat sendiri ke rumah sakit, merupakan bukti diri akan semangat kemandirian serta rasa percaya diri yang matang, dan untuk ukuran usia yang baru menginjak tujuh tahun itu sangat mengagumkan.
Setelah menikah secara wali pada bulan Juni 1943, Ibu Fatmawati segera berangkat ke Jakarta tidak sekedar untuk memenuhi kewajibannya sebagai seorang istri Bung Karno, pemimpin pejuang rakyat Indonesia, tetapi juga ikut berperan aktif, bergabung bersama para tokoh pejuang nasional lainnya untuk membela Nusa dan Bangsanya. Bahkan Bung Karno selaku pemimpin pejuang tidak ragu-ragu untuk sering meminta pendapat maupun pertimbangan mengenai langkah-langkah perjuangannya.
Pada tahun 1940 an adalah masa – masa romantisnya Ibu Fatmawati bersama Bung Karno. Seringnya terlibat dalam acara kenegaraan baik yang secara nasional maupun internasional Fatmawati selalu senan tiasa menemani Bung Karno. Bahkan ada acara yang hanya negara yang dihadiri oleh Fatmawati saja tanpa Bung Karno ada disisi Ibu Fatmawati.
Tetapi berjalannya waktu keretakkan dalam rumah tangga Ibu Fatmawati dan Bung Karno mulai timbul. Dikarena Bung Karno menikahi lagi wanita asal jawa tengah. Ibu Fatmawati yang sangat menentang keras akan adanya pologami dan sampai pada akhirnya Ibu Fatmawati keluar dari Istana Merdeka dan lebih memilih tinggal di sebuah rumah sederhana. Tetapi cintanya kepada Bung Karno sangatlah besar buktinya saja pada saat Bung Karno wafat Ibu Fatmawati datang dan setelah berpisah dengan Bung Karno ibu Fatmawati tidak menikah lagi. Selain itu perjuangan dan kecintaannya akan Indonesia juga besar. Banyaknya kegiatan sosial yang dilakukan oleh beliau sampai beliau mendirikan rumah sakit yang diberi nama dengan namanya sendiri FATMAWATI. Beliau pada akhirnya meninggal di Kuala Lumpur, Malaysia, 14 Mei 1980 pada umur 57 tahun. Setelah menunaikan ibadah umroh meninggal dikarena terkena serangan jantung. Jasa beliau tidak begitu saja dilupakan. Untuk mengenang jasa beliau sebuah bandara udara di bengkulu diberi nama dengan nama beliau yaitu BANDAR UDARA SOEKARNO.

sumber : http://bengkoelen-bengkoelezen.blogspot.com/2008/10/riwayat-hidup-singkat-dan-perjuangan.html

2 komentar:

  1. semua beres terqabullkan 08158772920 =harynih BENGKULUCTYGOYANG --SEKDAR ORNOMENTAL [NGAMAR COY]

    BalasHapus
  2. jemput trus ager ngak sesat hubungy no phae fafa 085379239379 begitu campay bengkulu kota ok'' bener nih mimfy jady raja sehary ''' malam ratu haffy my love miss sexbra fa harga tiked ke jakarta are new ''yess nowamien my good affternoon.

    BalasHapus